HUMOR PLESETAN, BERASAL DARI MANA?
Humor plesetan merupakan suatu bentuk humor yang telah banyak dikenal masyarakat luas. Humor yang menitikberatkan pada permainan susunan kata yang tadinya tidak dapat dimengerti hingga memiliki konotasi yang cukup konyol tsb pada umumnya digunakan ketika sipembicara kesulitan untuk mendapatkan suatu jawaban yang tepat sehubungan dengan inti lawakan yang ditujukan kepadanya.
Humor yang identik dengan dagelan mulai dikenal secara luas sejak masuk ke media televisi. Dimulai dari film bisu oleh Charlie Chaplin dimana menampilkan gerakan-gerakan mirip pantomim yang memfokuskan penampilan sang aktor sendiri yang memang cukup lucu dengan kumis ala hittlernya sambil menampilkan gerakan-gerakan yang konyol a.l: cara berjalan, penggunaan tongkat, dll. Setelah itu kemudian bermunculanlah aktor-aktor lawak dengan gaya dan ciri khas yang lain: lawakan yang menitikberatkan pada sindiran, lawakan yang menitikberatkan pada gerakan keras yang konyol (slapstik), dll.
Salah seorang pelawak kondang dari Barat memiliki konsep tertentu atas lawakan yang jendak ditampilkan. Dalam setiap shownya, beliau berpedoman pada 5 item yang dapat dikenakan pada suatu bahan atau materi lawakannya a.l:
1. Menempatkan suatu objek tidak pada tempatnya (posisi)
2. Membuat ukuran suatu objek tidak sesuai dengan ukuran yang seharusnya (volume diperkecil atau diperbesar)
3. Menggunakan suatu objek tidak dengan semestinya (salah guna)
4. Tidak mengenakan apapun kepada objek tersebut (diam saja/stagnan)
5. Mengarahkan suatu objek tidak dengan semestinya (salah tempat tujuan)
Di Indonesia sendiri, tayangan lawak telah dikenal pertamakali melalui siaran radio, kemudian melalui layar televisi, layar sinema dan hingga saat ini melalui jaringan telepon selular dan jaringan internet. Sebutlah beberapa nama grup pelawak terkenal misalnya: Jayakarta Groups, The Prambors, Warkop, Srimulat, Extravaganza dll. Keseluruhan group lawak tersebut mampu menampilkan lawakan-lawakan yang sesuai dengan ciri khasnya masing-masing, hingga sampai-sampai untuk menjaga kualitas lawakannya, salah satu group (tidak bisa disebutkan disini) berani memasang tarif hingga Rp. 150Juta sekali tayang. Sedangkan untuk materinya beberapa group pernah menampilkan lawakan dengan menggunakan suatu benda dengan volume yang diatas normal, contohnya: sisir berukuran besar, suntikan berukuran besar, pentungan berukuran besar, dll. Kemudian ada pula group lawak yang menyelipkan adegan horor di lawakannya misalnya dengan menampilkan hantu atau setan yang menyeramkan yang bahkan sampai berkejar-kejaran dengan penontonnya hingga membuat alur cerita menjadi lebih dinamis. Kemudian ada pula humor pembicaraan yang menggunakan logat daerah tertentu yang dapat membuat orang yang mendengarkan tertawa terbahak-bahak. Keseluruhan itu didasarkan pada ide kreatif mereka untuk menampilkan banyolan-banyolan yang saat itu memang belum banyak dikenal dimasyarakat luas.
Pada tahun 1976, Pemerintah RI pernah menanggapi perihal berkembangnya group-group lawak pada masa itu dengan menerbitkan Undang-Undang yang mengatur konsep/materi lawakan yang boleh ditampilkan atau dipublikasikan dikalangan masyarakat luas pada saat itu antara lain:
1. Lawakan tidak boleh berjenis menghasut/menjerumuskan
2. Lawakan tidak boleh melanggar etika dan moral di masyarakat
3. Lawakan tidak boleh berbau SARA (Suku, Agama, Ras/Golongan)
4. dst
Undang-undang tersebut sempat memicu protes dari beberapa tokoh pelawak saat itu karena dianggap mengerdilkan ide-ide kreatif mereka, namun Pemerintah tetap bersikeras karena khawatir melonggarnya peraturan tersebut akan ditunggangi oleh kelompok-kelompok tertentu yang hendak mengacaukan stabilitas keamanan pada saat itu.
Hingga saat ini belum jelas, humor plesetan berawal dan berasal dari mana, ada yang berpendapat humor plesetan sudah ada sejak jaman Charlie Chaplin (padahal film bisu) ada juga yang berpendapat bahwa humor plesetan sudah ada sejak munculnya kisah pewayangan (tokoh Punakawan). Namun penulis yakin bahwa humor plesetan juga tak lebih sekedar humor yang bertujuan untuk menghibur kita. –SA-