Ingin Berinvestasi, Deposito atau Emas?
Lalu, bagaimana dengan saham? Hanya 19 persen investor menilai pasar saham akan meningkat.
VIVAnews - Meski dianggap salah satu instrumen investasi paling aman, emas kini tidak lagi jadi primadona. Dengan harga emas Rp357 ribu per gram (data perdagangan PT Aneka Tambang Tbk per Jumat 16 Juli 2010), instrumen investasi ini masih kalah menarik dibanding deposito.
Menurut survei ING, selama triwulan II-2010, investor di Indonesia cenderung memilih instrumen investasi deposito dibanding emas maupun properti.
"Investor lebih menyukai strategi investasi yang seimbang dan memilih berinvestasi pada uang tunai (deposito), properti, ekuitas, dan emas," kata Direktur Utama PT ING Securities Indonesia, Dhanny Cahyadi, dalam penjelasannya mengenai hasil survei triwulanan ING.
Menurut survei itu, instrumen investasi uang tunai atau deposito selama triwulan II-2010 mencapai 97 persen, atau naik tipis dibanding triwulan I-2010 sebesar 95 persen.
Sementara itu, emas persentasenya turun menjadi 71 persen pada triwulan II-2010 dibanding 74 persen (triwulan I-2010). Selanjutnya, investasi properti/real estate lokal (hunian pribadi) sebesar 61 persen dan selain hunian pribadi 39 persen.
Lalu, bagaimana dengan saham? Selama triwulan II-2010, hanya 19 persen investor berpendapat pasar saham akan meningkat pada triwulan berikutnya.
Angka ini merupakan penurunan yang cukup besar dari 30 persen pada triwulan I-2010. Namun, investor tetap optimistis, karena 58 persen percaya pasar akan tetap stabil. "Angka ini naik dibandingkan 48 persen pada triwulan terakhir," tuturnya.
Sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat tiga persen pada triwulan terakhir, sehingga menjadikan bursa saham Indonesia menjadi pasar berkinerja terbaik di Asia setelah Filipina.
Sektor terbaik di triwulan II-2010 menurut survei ING adalah sumber daya (39 persen), informasi dan telekomunikasi (33 persen), farmasi dan kesehatan, bahan bangunan, energi, dan konstruksi serta real estate masing-masing enam persen.