Terinspirasi dari thread ini: http://www.forumbebas.com/post-1478862.html
Sekarang memang sedang hangat dibicarakan..
Terutama angin kencang datang dari Golkar..
Dengan perumpamaan dijaman Soeharto..
Bahkan dibanding-bandingkan dengan Jaksa Agung..
Yang memang dalam sejarahnya, Jaksa Agung sering diambil dari orang luar..
Mungkin saja Kejaksaan memang bisa demikian..
Karena masalah dan dunia hukum memang sama..
Seorang ahli hukum memang faham benar apa pekerjaan Jaksa Agung..
Berbeda dengan Polisi.. siapa yg lebih tau soal kepolisian selain polisi sendiri?
Polisi sangat berbeda dengan Tentara..
Bahkan dilingkungan tentara pun tidak sama satu dan lainnya..
Tidak mungkin seorang Marsekal bisa diangkat jadi Kepala Staff Angkatan Darat..
Tidak mungkin juga seorang Jenderal angkatan darat diangkat jadi KSAL..
Karena memang disiplin ilmunya berbeda..
Para Anggota Dewan tidak ngerti soal itu.. mereka gak bisa membedakan..
Mereka terbiasa dilingkungannya.. bahwa siapa saja bisa jadi Anggota Dewan..
Makanya mereka menganggap remeh dengan semua ilmu yg sangat berbeda itu..
Tak heran jika kualitas Anggota Dewan menyedihkan..
Sekarang gini aja..
Coba tanya sama orang Golkar yg mengusulkan..
Apakah mungkin, Ketua Umum Golkar diambil dari Partai lain?
Misalnya Bu Mega tiba-tiba jadi Ketua Umum Golkar?
Atau Andi malarangeng tiba-tiba diangkat jadi Ketum Golkar..
Apakah mereka bisa menerima?
Kalau mereka sendiri tidak bisa menerima itu..
Ngapain ngatur-ngatur instansi pemerintah.. yg jauh lebih besar?
Polisi adalah milik seluruh Rakyat Indonesia siapapun dia, dari Partai manapun..
Sementara Golkar cuma milik anggotanya dan simpatisannya saja..
Pergantian apapun dan siapapun pemimpinnya.. gak penting banget buat kita..
Berbeda dengan Kepolisian yg memang punya pengaruh langsung buat kita..