TAHUN 2009:
Yang lebih mengejutkan lagi 3,5 tahun kemudian saya mendapat kabar bahwa foto jam dinding tua Ulhee Lhee itu ternyata juga terpajang dalam ukuran besar di ruang kerja orang nomer 1 di BRR (Pak Kuntoro). Saya mulai kagum dengan jam dinding yang tak seberapa mana itu, karena jam itu kini malah mulai tercatat dalam sejarah dunia, jam dinding itu menjadi sangat penting maknanya dan di cari2 keberadaannya oleh Pemerintah Indonesia.
Keterkejutan saya tak hanya sampai disitu, ketika mendengar kabar bahwa Pak Kuntoro mendapat perintah dari Presiden untuk segera mencari jam dinding tua yang heboh di media2 massa internasional itu. Memang pada waktu itu tak ada seorang pun yang mengetahui dimana jam dinding ini berada kecuali kami berempat dan Allah SWT.
Singkat cerita, BRR 1 menginginkan jam dinding itu dikembalikan ke Aceh untuk ditempatkan di Museum Tsunami di Blang Padang Banda Aceh yang sedang dibangun sebagai tempat benda2 bersejarah sisa Tsunami. Ternyata untuk memulangkan jam dinding tua ini ke Indonesia tak semudah yang saya kira, karena saat itu Charlie Moet punya rencana lain, yaitu ingin menempatkan Jam dinding tua Ulhee Lhee itu di Museum negaranya di AS
PROSES PEMULANGAN JAM DINDING DARI AS KE ACEH
Melalui lobi-lobi khusus mas Imam B Prasodjo akhirnya Charlie Moet bersedia membawa kembali Jam dinding tua itu kepada Pemerintah Indonesia untuk ditempatkan di Museum Tsunami Aceh dengan sejumlah syarat. Persyaratan yang ia minta adalah, jam dinding tua itu harus diberikan ruangan khusus dan tersendiri di dalam Museum Tsunami, diberikan kaca pelindung kedap udara agar bekas2 lumpur tsunami yang sudah kering yang melekat pada jam dinding itu tidak hilang dan tetap asli, serta di dalam ruangan diberikan lighting yang dapat menerangi jam tersebut dengan jelas serta diberikan plakat informasi tentang riwayat jam dinding tua itu.

Apa bila persyaratan2 itu tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Indonesia, maka dia menganggap negaranya adalah tempat yang terbaik dalam memperlakukan benda-benda sejarah dunia. Pak Kuntoro selaku Ketua BRR saat itu memang menyanggupi persyaratan2 yang diminta tersebut, bahkan dia telah menyiapkan desain ruangan untuk jam dinding Ulhee Lhee tersebut.
Pada akhirnya jam dinding tua Ulhee Lhee itu diterbangkan kembali dari AS ke Jakarta transit via Singapura. Dari Jakarta selanjutnya diterbangkan ke kota Banda Aceh dan ditempatkan beberapa jam di Kompleks APEC - Radio KISS FM Aceh untuk selanjutnya pada malam harinya mas Imam B Prasodjo, Charlie Moet, saya dan Ipe mengantarkan jam dinding Ulhee Lhee itu kepada Pak Kunturo di Kantor BRR Lueng Bata, Banda Aceh.
Saat kami tiba di ruang kerja pak Kuntoro, yang pertama kali ditanyakannya pada mas Imam adalah "Imam... mana jam dinding itu?" Imam B Prasodjo menjawab, "waduh pak... ketinggalan di Jakarta". Padahal jam itu sudah berada diruangan pak Kuntoro yang dikemas dalam box. Walah... boss2 ini masih suka juga bercanda ...
sumber ://ujung-bumi.blogspot.com