Babad, dari bahasa Jawa bisa berartikisah,riwayat,tambo, yang penulisannya lebih subjektif. Setidaknya dibandingkan dengan sejarah, yang lebih dipercaya kebenarannya, berdasarkan data dan fakta.
Babad, dalam bahasa kini,mungkin lebih dituliskan berdasarkan gosip, dan atau kemauan pemesan. Dalam kenyataannya, kedua jenis itu ada. Sebagai perbandingan, sama-sama mengisahkan keraton Majapahit, Pararatondianggap sebagai babad, sedangkan Negara Kertagama dianggap sebagai tulisan sejarah.Namun, dalam perkembangan sekarang ini, babad tak lagi dianggap omong kosong semata, tak lagi dianggap ngayawara atau bualan. Justru dianggap sumber yang bisa diuraikan kenapa dituliskan seperti itu, kenapa berbeda dengan penulisan sejarah.
Dalam kasus Cut Lunar–sebutan saya untuk kasus video mesummesra tokoh yang mirip Cut Tari, Luna Maya, serta Ariel Peterpan– barang kali bisa didekati dengan cara membaca babad. Judul yang saya pakai Cut Lunar, dengan menyebut Cut di awal,karena sebenarnya meledaknya kasus ini sejak beredarnya pemeran mirip Cut Tari.
Luna Gitu Loh
Dari segi komunikasi tetap berlaku hukum, name make news, nama membuat berita.Artinya nama yang dikaitkan dengan Luna Maya yang tengah menyala sebagai artis yang serbatampil–tidak selalu berarti serbabisa––sangat dikenali oleh masyarakat. Dalam bahasa anak muda berseloroh,“Luna Maya gitu loh.” Siapa yang tidak ingin tahu apa yang terjadi dengannya. Ini menjadi jelas, kalau dibandingkan dengan kasus lain, taruhkan Maria Eva,atau pemeran mirip dirinya sendiri dalam Bandung Lautan Asmara, atau B-Jah, atau puluhan nama lain yang beredar, termasuk yang paling top seperti Chika sekalipun.
Nama-nama ini beken,tapi tetap berada dalam komunitas tertentu yang mengenali. Tak sampai melebar ke komunitas lain. Berbeda dengan Luna, Cut Tari,atau Ariel. Dalam teori filosof Spanyol Ortega Y Gasset,masyarakat urban merasa dekat, merasa mengenal, merasa bersahabat dengan selebritas, nama yang dikenali lewat media, khususnya media televisi. Semakin sering nama dan wajah ini tampil di ruang tamu, semakin diakrabi.Sebagaimana dulu ketika masih di desa, mereka mengenali pak lurah atau pak RT, pak kamituwo, dengan segala gosipnya. Segala keakraban ini menemukan bentuknya dengan memuaskan rasa ingin tahu kepada yang diakrabinya.
Rasa ingin tahu ini dipenuhi dengan kisah yang dramatis.Kalau saja yang beredar hanya video Luna-Ariel, besar kemungkinan tak seheboh ini. Karena masyarakat mengenal keduanya memang berpacaran.Namun, unsur drama ada ketika video mirip Cut Tari- Ariel, dalam kualitas visual lebih berkelas juga muncul. Kisahnya bukan lagi kisah dua sejoli di mabuk asmara, melainkan tiga sejoli, melainkan threesome, melainkan petualangan, melainkan tidak biasa. Serentak dengan itu menyentak perhatian lebih galak. Pemanjaan benak masyarakat dengan imajinasi,merangkai sendiri, tumbuh dengan sendirinya.
Bahkan kalau video berikutnya tak sempat mengudara, tidak mengurangi kabar yang beredar. Sebagai unsur berita,cukup memenuhi sarat untuk dimuat.Ada unsur nama yang sangat dikenali, ditambah ada unsur peristiwa drama– dengan siapa saja.Artinya ada nama,ada peristiwa,dan ketika ada yang melaporkan jadilah berita.
Arswendo Atmowiloto
Budayawan
info