Kristen Mahanaim Bekasi Berulah Lagi, Ratusan Warga Muslim Dibaptis Massal
Kamis, 24 Jun 2010

BEKASI (voa-islam.com) – Di tengah gencar-gencarnya 'pembinaan kerukunan' umat, kelompok Kristen Radikal Bekasi justru sibuk 'memancing kerusuhan' antarumat beragama. Para misionaris Kristen Radikal Bekasi tak pernah puas menabuh permusuhan antarumat beragama.
Belum usai kasus penodaan Abraham Felix yang menghina umat Islam dengan menginjak Al-Qur'an di SMA 5 Bekasi, muncul pelecehan agama bertajuk “Gerakan Menghabisi Islam” yang memasukkan Al-Qur'an ke dalam WC di blog Santo Bellarminus Bekasi. Sepekan kemudian kelompok Wong Christoper menginjak-injak kesabaran Muslim Bekasi dengan membuat formasi Pedang-Salib di pelataran Masjid Agung Bekasi dalam pawai Hari Pendidikan Nasional (2/5/2010).
Ketika polisi sedang sibuk mengusut berbagai kasus penodaan tersebut, kini muncul kasus yang jauh lebih dahsyat di Perumahan Kemang Pratama Regency. Ratusan warga Muslim di kawasan Senen, Jakarta Pusat ditipu dengan berbagai cara, lalu dibaptis di Perumahan Kemang Pratama Regency, Bekasi. Darah umat Islam makin mendidih dibuatnya!
Peristiwa biadab bagi keharmonisan umat beragama ini terjadi Selasa siang, sekira pukul 13.30 WIB. Tiba-tiba tiga buah minibus Kopaja warna hijau parkir di ujung jalan Kumala 2. Ratusan penumpang yang kebanyakan wanita pun turun menuju rumah di blok L nomor 14, milik Hendry. Mereka terdiri dari beragam umur, dari anak-anak balita hingga nenek-nenek. Sebagian di antaranya adalah ibu-ibu yang berjilbab rapi.
Para ibu muslimah tetangga Hendry yang sudah lama mengendus aktivitas pemurtadan di lokasi tersebut segera mendatangi Samsul dan Bandi, security perumahan yang sedang piket di pos satpam.
“Ada apa ini pak kok banyak bis?” Syamsul menjawab, “Saya tidak tahu itu acara apaan. Setahu saya di rumah Pak Hendry sering ada acara Bu,” jawabnya singkat.
Tak puas dengan jawaban itu, para ibu muslimah perumahan elit itu meminta agar Syamsul agar melaporkan sekaligus menanyakan izin acara keramaian tersebut kepada ketua RT setempat.
Setengah jam kemudian satpam menelepon para ibu muslimah, “Assalamu’alaikum, lapor Bu. Saya sudah cek, di rumah Pak Hendry ada acara pembaptisan,” lapor Syamsul. “Malah sekarang nambah tiga bus lagi Bu, jadi ada enam bus bertuliskan Senen dan Daan Mogot,” tambahnya.
Setengah jam kemudian, beberapa ibu muslimah yang aktif di majelis taklim perumahan tersebut kembali mendatangi rumah Hendry, ternyata sudah sepi. Mereka pun mendatangi satpam. “Kok nggak ada pak, bus Kopajanya?” “Oh, sudah selesai Bu, acara pembaptisannya,” jawab Syamsul ramah.
Mendengar keterangan itu, para ibu muslimah balik pulang ke rumah masing-masing. Baru lima belas menit sampai di rumah, satpam kembali menelepon ibu-ibu muslimah. “Assalamu’alaikum. Lapor Bu, sekarang ada delapan bus lagi," lapor satpam. “Wa’alaikum salam pak. Tolong dicari tahu, mereka dari mana?” jawab seorang ibu muslimah. “Sudah saya tanya bu, koordinator rombongannya menjawab dari Yayasan Mahanaim. Semua informasi sudah saya laporkan kepada Wakil Ketua RT. Kata Wakil Ketua RT acara tersebut tidak ada izinnya Bu,” jelas Syamsul.
Tak mau kecolongan kedua kalinya, para ibu muslimah langsung menghubungi para pengurus masjid. Tak membuang-buang waktu, usai shalat ashar, Ustadz Ikhlas Bahar dan jamaah Masjid Baitul Jihad Kemang Pratama 2 pun menggeruduk rumah beralamat di Perumahan Kemang Pratama Regency, Jalan Kumala 2 blok L nomor 14 milik Hendry.
Di lokasi sudah ada delapan bus Kopaja terparkir di pinggir jalan. Para pengurus masjid segera masuk ke rumah Hendry yang digunakan sebagai tempat pembaptisan massal. Pemilik rumah tidak mengaku acara tersebut sebagai pembaptisan.
Acara pembaptisan pun jadi kacau-balau. Beberapa orang yang baru masuk kolam renang kembali keluar dari kolam renang. Prosesi acara yang baru dimulai pun gagal dilaksanakan.
Ibu-ibu wanita yang diinterogasi pengurus masjid mengaku berasal dari kawasan Senen dan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Ikhlas terus mencari tahu kebenaran informasi pembaptisan di rumah itu. Ia pun mencurigai seorang pemuda berkacamata yang membawa tas dan mengenakan kaos biru. Sejak kedatangan para pengurus masjid, pria tak dikenal ini begitu sibuk menelepon ke sana kemari. Pria yang kaosnya bertuliskan “Berbagi Bahagia” ini dicecar berbagai pertanyaan oleh para pengurus masjid, namun selalu menjawab dengan kalimat yang berbelit-belit.
sumber